Abdi Rakyat,
tidak-kah disadari oleh mereka (termasuk didalamnya yang mengaku dari
partai Islam) kalimat ini sebagai bentuk kemusyrikan. Karena seorang
mu’min itu hanya mengabdikan diri kepada Allah saja dalam segala
aktifitas, “Inna sholatiii wanusukii wa mahyayaa wamamaati lillahi robbil alamiiin” (Qs 6:162).
Manusia itu hanya diseru oleh Allah untuk menjadi Abdi Allah, bukan Abdi selain-NYA, “Wahai manusia jadilah Abdi tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu….(Qs al-Baqoroh [2] : 21). Orang-orang yang menolak seruan ini dikategorikan sebagai orang-orang kaffir, karena dia telah menjadi abdi selain-NYA.
Para
Abdi Allah senantiasa akan berusaha meraih simpati/ridlo Allah (Qs
2:207) dengan penuh rasa khauf dan roja’. Dengan menjalankan setiap
perintahNya, diantaranya memimpin umat/rakyat dengan benar tanpa pamrih.
Sehingga umat/rakyat sejahtera, damai, aman. Karena apabila tidak
memimpin umat/rakyat dengan benar, maka akan dimintai pertanggung
jawaban oleh Allah di akhirat kelak. Ia akan berusaha sekuat tenaga,
pikiran karena takut kepemimpinannya tidak diridloi oleh Allah. Bisa
dibaca dalam sejarah bagaimana Khalifah Umar bin Khotob berkeliling
kampung, jikalau rakyatnya kelaparan. Itu-lah perilaku abdi Allah.
Mereka tidak perlu gembar-gembor janji, tapi bukti.
Bagaimana
dengan para abdi rakyat, ia akan mengabdi apabila rakyat dibutuhkan.
Dan akan berlaku dzalim, apabila sudah berkuasa dan tidak membutuhkan
lagi suara rakyat, habis pemilu-nya sudah usai.
Jadi jangan berharap banyak kepada para abdi rakyat ini, berharap-lah kepada para abdi Allah saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar