Rabu, 02 Januari 2013

Abdi Rakyat atau Abdi Allah???

Abdi Rakyat, akan mengabdi kepada rakyat, melayani dan mensejahterakan rakyat. Ini-lah kata-kata yang pada musim kampanye ini sedang populer disuarakan oleh para Caleg dan Capres. Namun setelah mereka berhasil meraih simpati rakyat dengan menduduki jabatan, sang abdi rakyat berubah jadi penguasa yang harus dilayani rakyat. Setiap berkunjung kepada rakyat, rakyat harus minggir ketika sang penguasa yang mengaku abdi rakyat naik mobil dan dikawal anggota Polisi dengan raungan sirine. Dan banyak lagi yang harus dilakukan oleh rakyat untuk menyenangkan sang penguasa yang mengaku abdi rakyat.

Abdi Rakyat, tidak-kah disadari oleh mereka (termasuk didalamnya yang mengaku dari partai Islam) kalimat ini sebagai bentuk kemusyrikan. Karena seorang mu’min itu hanya mengabdikan diri kepada Allah saja dalam segala aktifitas, “Inna sholatiii wanusukii wa mahyayaa wamamaati lillahi robbil alamiiin” (Qs 6:162).
Manusia itu hanya diseru oleh Allah untuk menjadi Abdi Allah, bukan Abdi selain-NYA, “Wahai manusia jadilah Abdi tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu….(Qs al-Baqoroh [2] : 21). Orang-orang yang menolak seruan ini dikategorikan sebagai orang-orang kaffir, karena dia telah menjadi abdi selain-NYA.
Para Abdi Allah senantiasa akan berusaha meraih simpati/ridlo Allah (Qs 2:207) dengan penuh rasa khauf dan roja’. Dengan menjalankan setiap perintahNya, diantaranya memimpin umat/rakyat dengan benar tanpa pamrih. Sehingga umat/rakyat sejahtera, damai, aman. Karena apabila tidak memimpin umat/rakyat dengan benar, maka akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah di akhirat kelak. Ia akan berusaha sekuat tenaga, pikiran karena takut kepemimpinannya tidak diridloi oleh Allah. Bisa dibaca dalam sejarah bagaimana Khalifah Umar bin Khotob berkeliling kampung, jikalau rakyatnya kelaparan. Itu-lah perilaku abdi Allah. Mereka tidak perlu gembar-gembor janji, tapi bukti.
Bagaimana dengan para abdi rakyat, ia akan mengabdi apabila rakyat dibutuhkan. Dan akan berlaku dzalim, apabila sudah berkuasa dan tidak membutuhkan lagi suara rakyat, habis pemilu-nya sudah usai.
Jadi jangan berharap banyak kepada para abdi rakyat ini, berharap-lah kepada para abdi Allah saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar